running text

siti Latifah

Senin, 19 November 2012


ANAK TUNAGRAHITA

1.      PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA
     Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dll.
     Istilah-istilah tersebut menjelaskan arti yang sama yaitu menjelaskan kondisi anak yang memiliki kecerdasan jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental menbutuhkan layanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
    
2.      PERKAMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA
     Suppes (1974) menjelaskan bahwa kognisi merupakan biddang yang luas yang meliputi semua keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah presepsi. Mussen, Conger, dan kagan (1974) menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari lima proses,  yaitu : (1) persepsi, (2) memory, (3) pemunculan ide-ide, (4) evaluasi, (5) penalaran, kaidah-kaidah.
     Para ahli psikologi perkembangan umumnya beranggapan bahwa jika anak Tunagrahita dibandingkan dengan anak normal yang mempunyai MA yang sama secara teoritis akan memiliki tahap perkembangan kognitif yang sama (Zigler 1969). Pendapat ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa individu secara aktif mengkontruksikan struktur internalnya melalai interaksi dengan lingkungan.
     Dalam kecepatan belajar anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk mencapai kriteria-kriteria yang dicapai oleh anak normal, anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangan tentang bahan tersebut.dalam kaitannya dengan makna pelajaran ternyata anak tunagrahita dapat mencapai prestasi lebih baik dalam tugas-tugas diskriminasi (misalnya mengumpulkan bentuk-bentuk yang berbeda, memisahkan pola-pola yang berbeda, dsb) jika mereka melakukannya dengan pengertian.
     Beberapa penelitian tentang pengaruh reaksi-reaksi afektif  ternyata bahwa anak tunagrahita memberikan reaksi yang sama dengan anak normal. Anak yng berhasil mencapai sukses pada tugas berikutnya. Hal ini terjadi baik pada anak tunagrahita maupun anak noarmal. Adapun kegagalan pengaruhnya  berbeda-beda terhadap perkembangan sikap dan prestasi berikutnya.
     Keakuratan respon anak tunagrahita kurang dari pada respon anak normal. Tetapi bila tugas bersifat diskriminatif visual ternyata prestasi anak tunagrahita hampir sama dengan yang diperoleh anak normal.
     Berkenaan dengan memori anak tunagrahita berbeda dengan anak normal pada short term memory. Anak tunagrahita nampaknya tidak berbeda dengan nak normal dalam long term memory. Dengan kata lain anak tunagrahita dapat menangkap informasi ke dalam sistem memori, daya ingatnya sama dengan anak normal.
     Fleksibilitas mental yang kurang pada anak tunagrahita mengakibatkan kesulitan dalam penngorgnisasian bahan yang akan dipelajari. Oleh karena itu sukar bagi anak tunagrahita untuk menangkap informasi yang kompleks.

3.      PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK TUNAGRAHITA
     Berdasarkan bukti hasil penelitian ada keyakinan bahwa semakin rendah kemampuan intelek seorang anak akan semakin rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya.
     Latihan motorik berpengaruh pada kemajuan belajar dalam pelajaran-pelajaran lain, juga terhadap perkembangan emosi dan self direction. Bukti lain yang menguatkan dugaan tentang kuatnya hubungan antara keterampilan motorik dengan tingkat kemampuan mental anak tunagrahita dikemukakan oleh Kral (1972) dan Stein (1964) yang melaporkan rangkuman hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Amerika Serikat pada tahun 1951-1963 menyimpulkan bahwa secara umum penampilan anak tunagrahita kurang memadai hampir pada semua tes kecakapan motorik jika dibandingkan dengan anak normal yang memiliki CA yang relative sama. Perbedaan mencolok pada koordinasi gerak yang kompleks dan yang memerlukan pemahaman.
     Perkembangan motorik mencakup dua hal, yaitu : gross motor (seperti berjalan, melompat, melempar), dan fine motor (seperti menulis, menyulam, menggunting, dsb). Pada anak-anak yang pertama berkembang adalah gross motor,   sedangkan fine motor berkembang lebih akhir.


4.      PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TUNAGRAHITA
     Perkembanagan dorongan dan emosi berkaitan dengan ketunagrahitaan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan rasa lapar atau haus dan tidak dapat menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi –emosi yang sederhana.
     Pada anak terbelakang ringan kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal akan tetapi tidak sekaya anak normal. Anak tunagrahita dapat memperlihatkan kesedihan tapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu. Mereka bisa mengekspresikan kegembiraan, tetapi sulit untuk mengungkapkan kekaguman.

1 komentar:

  1. terimakasih :)
    buka juga dong blogku ezayudapratama19.blogspot.com

    BalasHapus