ANAK TUNAGRAHITA
1. PENGERTIAN
ANAK TUNAGRAHITA
Tunagrahita adalah istilah yang digunakan
untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.
Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally
retarded, mental deficiency, mental defective, dll.
Istilah-istilah tersebut menjelaskan arti
yang sama yaitu menjelaskan kondisi anak yang memiliki kecerdasan jauh di bawah
rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam
interaksi sosial. Anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang
mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program sekolah
biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental menbutuhkan
layanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak
tersebut.
2. PERKAMBANGAN
KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA
Suppes
(1974) menjelaskan bahwa kognisi merupakan biddang yang luas yang meliputi
semua keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah presepsi. Mussen,
Conger, dan kagan (1974) menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari
lima proses, yaitu : (1) persepsi, (2)
memory, (3) pemunculan ide-ide, (4) evaluasi, (5) penalaran, kaidah-kaidah.
Para
ahli psikologi perkembangan umumnya beranggapan bahwa jika anak Tunagrahita
dibandingkan dengan anak normal yang mempunyai MA yang sama secara teoritis
akan memiliki tahap perkembangan kognitif yang sama (Zigler 1969). Pendapat ini
didasarkan pada sebuah asumsi bahwa individu secara aktif mengkontruksikan
struktur internalnya melalai interaksi dengan lingkungan.
Dalam
kecepatan belajar anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk
mencapai kriteria-kriteria yang dicapai oleh anak normal, anak tunagrahita
lebih banyak memerlukan ulangan tentang bahan tersebut.dalam kaitannya dengan
makna pelajaran ternyata anak tunagrahita dapat mencapai prestasi lebih baik
dalam tugas-tugas diskriminasi (misalnya mengumpulkan bentuk-bentuk yang
berbeda, memisahkan pola-pola yang berbeda, dsb) jika mereka melakukannya
dengan pengertian.
Beberapa
penelitian tentang pengaruh reaksi-reaksi afektif ternyata bahwa anak tunagrahita memberikan
reaksi yang sama dengan anak normal. Anak yng berhasil mencapai sukses pada
tugas berikutnya. Hal ini terjadi baik pada anak tunagrahita maupun anak noarmal.
Adapun kegagalan pengaruhnya
berbeda-beda terhadap perkembangan sikap dan prestasi berikutnya.
Keakuratan
respon anak tunagrahita kurang dari pada respon anak normal. Tetapi bila tugas
bersifat diskriminatif visual ternyata prestasi anak tunagrahita hampir sama
dengan yang diperoleh anak normal.
Berkenaan
dengan memori anak tunagrahita berbeda dengan anak normal pada short term
memory. Anak tunagrahita nampaknya tidak berbeda dengan nak normal dalam long
term memory. Dengan kata lain anak tunagrahita dapat menangkap informasi ke
dalam sistem memori, daya ingatnya sama dengan anak normal.
Fleksibilitas
mental yang kurang pada anak tunagrahita mengakibatkan kesulitan dalam
penngorgnisasian bahan yang akan dipelajari. Oleh karena itu sukar bagi anak tunagrahita
untuk menangkap informasi yang kompleks.
3. PERKEMBANGAN
MOTORIK ANAK TUNAGRAHITA
Berdasarkan
bukti hasil penelitian ada keyakinan bahwa semakin rendah kemampuan intelek
seorang anak akan semakin rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya.
Latihan
motorik berpengaruh pada kemajuan belajar dalam pelajaran-pelajaran lain, juga
terhadap perkembangan emosi dan self direction. Bukti lain yang menguatkan
dugaan tentang kuatnya hubungan antara keterampilan motorik dengan tingkat
kemampuan mental anak tunagrahita dikemukakan oleh Kral (1972) dan Stein (1964)
yang melaporkan rangkuman hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di
Amerika Serikat pada tahun 1951-1963 menyimpulkan bahwa secara umum penampilan
anak tunagrahita kurang memadai hampir pada semua tes kecakapan motorik jika
dibandingkan dengan anak normal yang memiliki CA yang relative sama. Perbedaan
mencolok pada koordinasi gerak yang kompleks dan yang memerlukan pemahaman.
Perkembangan
motorik mencakup dua hal, yaitu : gross motor (seperti berjalan, melompat,
melempar), dan fine motor (seperti menulis, menyulam, menggunting, dsb). Pada
anak-anak yang pertama berkembang adalah gross motor, sedangkan fine motor berkembang lebih akhir.
4. PERKEMBANGAN
EMOSI ANAK TUNAGRAHITA
Perkembanagan
dorongan dan emosi berkaitan dengan ketunagrahitaan seorang anak. Anak
tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan rasa lapar atau haus dan tidak dapat
menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih
baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi –emosi yang sederhana.
Pada
anak terbelakang ringan kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak
normal akan tetapi tidak sekaya anak normal. Anak tunagrahita dapat
memperlihatkan kesedihan tapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu. Mereka
bisa mengekspresikan kegembiraan, tetapi sulit untuk mengungkapkan kekaguman.
terimakasih :)
BalasHapusbuka juga dong blogku ezayudapratama19.blogspot.com