A. HIPERAKTIFITAS
1.
Pengertian Hiperaktifitas
Berdasarkan
klasifikasi dan karakteristik yang dikemukakan oleh Quay (Hallahan &
Kauffman, 1986), hiperaktif termasuk dalam dimensi anak yang bertingkah laku
kacau (conduct disorder).
Ciri-ciri
anak hiperaktif adalah sebagai berikut.
a) Gerakannya
terlalu aktif, tidak bertujuan, tak mau diam sepanjang hari, bahkan waktu tidur
ada yang melakukan gerak di luar kesadaran;
b) Suka
mengacau teman-teman sebayanya, dalam bertindak hanya menurutkan kata hatinya
sendiri, dan mudah tersinggung;
c) Sulit
memperhatikan dengan baik.
2.
Penyebab Hiperaktifitas
Hiperaktif
disebabkan oleh banyak faktor, seperti disfungsi otak, kekurangan oksigen,
kecelakaan fisik, keracunan serbuk timah, kekurangan gizi dan perawatan pada
masa tumbuh kembang, minuman keras dan obat-obatan terlarang selama kehamilan,
kemiskinan, dan lingkungan keluarga yang tidak sehat (Koupersik dalam Kauffman,
1985).
3.
Pengendalian Hiperaktifitas
Ada beberapa
pengendalian hiperaktifitas yang dikemukakan oleh Kauffman
(1985) :
a) Medikasi
Bagi anak
hiperaktif, medikasi yang sering dipakai adalah obat-obat perangsang saraf
terutama yang ada kaitannya dengan penenangan.
b)
Diet
Diet yang
dianjurkan adalah pantangan berbagai macam makanan, termasuk makanan yang
mengandung zat pewarna atau penyedap rasa tiruan yang dapat menyebabkan
hiperaktif.
c)
Modifikasi tingkah laku
Berdasarkan
paradigma Operant Conditioning Skinner, semua perilaku merupakan hasil
belajar atau diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya. Agar penerapan teknik
modifikasi tingkah laku berhasil perlu diperhatikan berbagai prinsip antara
lain: menentukan kapan harus memberi hadiah, kapan harus memberi hukuman, serta
jenis penguat apa yang pantas dipakai.
d)
Lingkungan yang
terstruktur
Pendekatan ini
menekankan pengaturan lingkungan belajar anak sehingga tidak menjadi penyebab
munculnya perilaku hiperaktif.
e)
Modeling
Sistem meniru (modeling)
dapat dipakai untuk mengurangi perilaku hiperaktif. Prosedur yang dipakai
adalah dengan menyuruh anak normal di kelas untuk memberi contoh perilaku yang
baik.
f)
Biofeedback
Biofeedback
merupakan teknik pengendalian perilaku atau proses biologis internal dengan
cara memberi informasi (feeding back) kepada anak mengenai kondisi
perilaku dan tubuhnya.
B. PENGENDALIAN DISTRAKBILITAS
1.
Pengertian Distrakbilitas
Distrakbilitas
merupakan gangguan dalam perhatian pada stimulus yang relevan secara efisien.
Ada 3 distrakbilitas, seperti yang diuraikan berikut ini :
a. Short
attention span dan frequent attention shifts, yaitu ketidakmampuan
memusatkan perhatian dalam waktu yang relatif lama dan terlalu sering berpindah
perhatian dari satu objek ke objek yang lain.
b. Underselection
attention, yaitu ketidakmampuan membedakan antara stimulus yang relevan
yang harus diperhatikan dan stimulus yang tidak relevan yang harus diabaikan.
c. Overselective
attention, yaitu terlalu selektif dalam memberi perhatian sehingga hal-hal
yang sebenarnya relevan menjadi tertinggal. Anak ini tidak mampu mengadakan
generalisasi karena ia hanya mampu mengambil rentangan informasi yang terlalu
kecil.
2.
Penyebab Distrakbilitas
Swerdlik
(1987) mengatakan penyebab distrakbilitas yaitu adanya disfungsi minimal otak,
gangguan sistem pencernaan tubuh (metabolisme), kelainan minimal pada fisik
seperti ketidakseimbangan tubuh, faktor lingkungan seperti sistem asuh anak,
dan keterlambatan perkemabangan.
3.
Pengendalian
Distrakbilitas
Ada
beberapa pendekatan yang sering dipakai dalam penanganan distrakbilitas menurut
Kauffman (1985) :
a. Lingkungan
yang terstruktur dan stimulus yang terkendali
Cara tersebut dilakukan berdasarkan asumsi bahwa lingkungan sekolah/kelas
yang terlalu banyak stimulusnya membuat mereka tidak dapat mengikuti pelajaran
secara optimal, dimodifikasi dengan cara:
1)
dinding dan langit-langit yang kedap suara;
2)
pemasangan karpet di lantai;
3)
jendela ditutup dengan kain atau kaca baru;
4)
lemari dan rak buku ditata sehingga isinya tidak
tampak;
5)
tidak ada dekorasi pada papan tulis atau majalah
dinding, kecuali pada saat-saat tertentu;
6)
disediakan meja tulis yang tertutup di depan dan
sampingnya sehingga anak dapat bekerja sendiri tanpa gangguan;
7)
kegiatan sehari-hari berjalan secara rutin
dengan hanya sedikit variasi;
8)
tetapkanlah apa yang diharapkan dari anak dan
jelaskan hal itu;
9)
pemberian konsekuensi (hadiah, hukuman) secara
konsisten.
b. Modifikasi
materi dan strategi pembelajaran
Modifikasi
materi yang disarankan adalah pada pengaturan materi pembelajaran, dianjurkan
menggunakan model pembelajaran langsung atau terarah (direct instruction)
yang ditandai dengan fokus pada guru, pengarahan dan harapan yang jelas dan
eksplisit, serta pemantauan dan evaluasi dilakukan secara rutin.
c. Modifikasi
tingkah laku
Perlu
menentukan kapan harus memberi hadiah, kapan harus
memberi hukuman, serta jenis penguat apa yang pantas dipakai.
C. PENGERTIAN,
PENYEBAB, DAN PENGENDALIAN IMPULSIFITAS
1.
Pengertian Impulsifitas
Seseorang
dikatakan impulsif jika cenderung mengikuti kemauan hatinya dan terbiasa
bereaksi cepat tanpa berpikir panjang dalam situasi sosial maupun tugas-tugas
akademik. Anak impulsif lebih berhati-hati dan lebih teliti pada waktu
menghadapi soal akademik daripada menghadapi gambar.
2.
Penyebab Impulsifitas
Impulsif dapat
disebabkan oleh faktor keturunan, cemas, faktor budaya, disfungsi saraf,
perilaku yang dipelajari dari lingkungan, dan sebagainya dan juga karena faktor
ego dan super ego tidak berkembang. Hal ini terjadi karena salah asuh atau
karena adanya trauma dalam kehidupannya.
3. Pengendalian
Impulsifitas
Adapun beberapa metode
untuk mengendalikan impulsif, diantaranya:
1) melatih
verbalisasi aktivitasnya untuk mengendalikan perilakunya;
2) modifikasi
tingkah laku;
3) mengajarkan
seperangkat keterampilan kepada anak, antara lain keterampilan memusatkan
perhatian, menghindari gangguan/ stimulan pengganggu, mengembangkan
keterampilan mengingat, menghargai perasaan;
4) mendiskusikan
perilaku anak antara guru dengan anak itu sendiri untuk memperoleh pemahaman akan
masalah perilaku anak itu;
5) wawancara
dengan anak segera setelah perilaku terjadi untuk melihat apa yang telah
terjadi, mengapa terjadi, dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya masalah.