running text

siti Latifah

Kamis, 22 November 2012

Tunanetra

ANAK TUNANETRA
A. Pengertian Gangguan Penglihatan (ketunanetraan)
Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat tetapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari-hari terutama dalam belajar. Jadi, anak-anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk “setengah melihat”, “low vision” atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanerta.
Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini diketahui dalam kondisi :
1. ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.
2. Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
3. Posisi mata sulit dikendalikan oleh saraf otak.
4. Terjadi kerusakan susunan saraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Dari kondisi diatas, pada umumnya yang digunakan sebagai patokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atau tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatannya. Untuk mengetahui ketunanetran dapat mengunakan tes Snellen Card. Anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya (visusnya) kurang dari 6/21. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
Anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Buta
Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0).
2. Low Vision
Anak masih bisa menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.
B. Faktor-faktor Penyebab Ketunanetraan.
Secara ilmiah ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh berbagai factor, apakah itu factor dalam diri anak (internal) ataupun factor dari luar anak (eksternal).
Hal-hal yang termasuk factor internal yaitu factor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan : factor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat dan sebagainnya.
Factor eksternal yaitu factor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya : kecelakaan, terkena penyakit siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga system sayafnya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, dan peradangan mata karena penyakit, bakteri, atau virus.
C. Perkembangan Kognitif Anak Tunanetra
Akibat dari ketunanertaan, maka pengenalan atau pengertian terhadap dunia luar anak, tidak dapat diperoleh secara lengkap dan utuh. Akibatnya perkembangan kognitif anak tunanerta cendrung terhambat dibandingkan dengan anak-anak normal pada umumnya. Hal ini disebabkan perkembangan kognitf tidak saja erat kaitannya dengan kecerdasan (IQ), tetapi juga dengan kemampuan indra penglihatannya.
Melalui indera penglihatan seseorang mampu melakukan pengamatan terhadap dunia sekitar, tidak saja pada bentuknya (pada objek berdimensi dua) tetapi juga pengamatan dalam (pada objek berdimensi tiga), warna, dan dinamikanya. Melalui indra inilah sebagian besar rangsang atau informasi akan diterima untuk selanjutnya diteruskan ke otak, sehingga timbul kesan atau persepsi dan pengertian tertentu terhadap rangsang tersebut. Melalui kegiatan-kegiatan yang bertahap dan terus menerus seperti inilah yang pada akhirnya mampu merangsang pertumbuhan dan perkembangan kognitif seseorang sehingga mampu berkembang secara optimal.
D. Perkembangan Motorik Anak Tunanetra
Perkembangan motorik anak tunanetra cendrung lambat dibandingkan dengan anak awas pada umumnya. Keterlambatan ini terjadi karna dalam perkembangan perilaku motorik diperlukan adanya koordinasi fungsional antara neuromuscular system (system persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif), serta kesempatan yang diberikan oleh lingkungan.
Pada anak tunanerta mungkin fungsi neuromuscular system tidak bermasalah tetapi fungsi psikisnya kurang mendukung serta menjadi hambatan tersendiri dalam perkembangan motoriknya. Secara fisik, mungkin anak mampu mencapai kematangan sama dengan anak awas pada umumnya, tetapi karna fungsi psikisnya (seperti pemahaman terhadap realitas lingkungan, kemungkinan mengetahui adanya bahaya dan cara menghadapi, keterampilan gerak yang serba terbatas, serta kurangnya keberanian dalam melakukan sesuatu) mengakibatkan kematangan fisiknya kurang dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam melakukan aktivitas motorik. Hambatan dalam fungsi psikis ini secara langsung atau tidak langsung terutama berpangkal dari ketidakmampuannya dalam melihat.
E. Perkembangan Emosi Anak Tunanetra
Perkembangan emosi anak tunanetra akan sedikit mengalami hambatan dibandingkan dengan anak yang awas. Keterhambatan ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan anak tunanetra dalam proses belajar. Pada awal masa kanak-kanak, anak tunanetra mungkin akan melakukan proses belajar mencoba-coba untuk menyatakan emosinya, namun hal ini tetap dirasakan tidak efisien karma dia tidak dapat melakukan pengamatan terhadap reaksi lingkungannya secara tepat. Akibatnya pola emosi yang ditampilkannya mungkin berbeda atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh diri maupun lingkungannya.
Perkembangan emosi anak tunanetra akan semakin terhambat bila anak tersebut mengalami deprivasi emosi , yaitu keadaan dimana anak tunanetra tersebut kurang memiliki kesempatan untuk menghayati pengalaman emosi yang menyenangkan seperti kasih sayang, kegembiraan, perhatian, dan kesenangan. Anak tunanetra yang cenderung mengalami deprivasi emosi ini terutama adalah anak-anak yang pada masa awal kehidupan atau perkembangannya ditolah kehadirannya oleh linkungan keluarga atau masyarakat. Deprivasi emosi ini akan sangat berpengaruh terhadap aspek perkembangan lain : kelambatan dalam perkembangan fisik, motorik, bicara, intelektual dan social. Selain itu, anak yang mengalami deprivasi emosi akan bersifat menarik diri, mementingkan diri sendiri,serta sangat menuntut pertolongan atau perhatian dan kasih saying dari orang-orang disekitarnya.
F. Perkembangan Sosial Anak Tunanetra
Perkembangan social berarti dikuasainya seperangkat kemampuan untuk bertingkah laku sesuai dengan tuntutan masyarakat. Bagi anak tunanetra penguasaan seperangkat kemampuan bertingkah laku tersebut tidaklah mudah. Anak tunanetra lebih banyak menghadapi masalah dalam perkembangan social. Hambatan-hambatan tersebut adalah kurangnya motivasi, ketakutan menghadapi lingkungan social yang lebih luas atau baru, perasaan rendah diri, malu, keterbatasan anak untuk dapat belajar social melalui proses identifikasi dan imitasi, serta sikap-sikap masyarakat yang sering kali tidak menguntungkan : penolakan, penghinaan dan sikap tak acuh.
Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa bagaimana perkembangan social anak tunanetra itu sangat bergantung pada bagaimana perlakuan dan penerimaan lingkungan terutama lingkungan keluarga terhadap anak tunanetra itu sendiri. Bila perlakuan dan penerimaannya baik, maka perkembangan social anak tunanetra tersebut akan baik dan begitu juga sebaliknya.
G. Dampak Ketunanetraan bagi Keluarga, Masyarakat, dan Penyelenggara Pendidikan
Hasil penelitian para ahli mengenai pandanga dan sikap orang awas terhadap penyandang tunanetra adalah bahwa dalam pandangan orang awas,penyandang tunanetra memiliki beberapa karakteristik, baik yang sifatnya positif maupun negative.
Penilaian Negative :
1. Penyandang tunanetra pada umumnya memiliki sikap tidak berdaya.
2. Sifat ketergantungan.
3. Memiliki tingkat kemampuan rendah dalam orientasi waktu.
4. Tidak pernah merasakan kebahagiaan.
5. Memiliki sifat kepribadian yang penuh dengan frustasi-frustasi.
6. Kaku.
7. Resisten terhadap perubahan-perubahan.
8. Cenderung kaku dan cepat menarik tangan dari lawannya pada saat bersalaman.
9. Mudah mengalami kebingungan ketika memasuki lingkungan yang tidak familiar yang ditunjukkan dengan perilaku-perilaku yang tidak tepat.
Penilaian Positif :
1. Penyandang tunanetra lebih peka terhadap suara, perabaan, ingatan, keterampilan dalam memainkan alat musik.
2. Ketertarikan yang tinggi terhadap nilai-nilai moral dan agama.
Sebaliknya, para penyandang tunanetra sendiri beranggapan bahwa orang awas pada umumnya memiliki sikap sebagai berikut :
1. Pada umumnya orang awas tidak tahu banyak tentang ‘orang buta’ dan kemudian akan terheran-heran ketika orang tunanetra menunjukkan kemampuannya dalam beberapa hal.
2. Orang awas cenderung kasihan pada orang tunanetra dan pada saat yang sama mereka berfikir bahwa mereka lebih berani dibandingkan dengan orang awas lainnya.
Sikap orang tunanetra terhadap kebutaannya, menurut Bauman (Kirtley, 1975) bahwa keberhasilan dalam penyesuaian social dan ekonomi pada penyandang tunanetra berkaitan erat dengan sikap-sikap diri dan keluarganya terhadap penerimaan secara emosional yang realistik terhadap kebutaannya serta pemilikan kemampuan intelektual dan stabilitas psikologis.
Reaksi orang tua terhadap ketunanetraan anaknya dibagi menjadi 5 kelompok :
1. Penerimaan secara realistik terhadap anak dan ketunanetraannya.
2. Penyangkalan terhadap ketunanetraan anak.
3. Overprotection atau perlindungan yag berlebihan.
4. Penolakan secara tertutup.
5. Penolakan secara terbuka.
Sikap para guru sebagai penyelenggara pendidikan, hasil penelitian Murphy (Kirtley, 1975) menunjukkan bahwa pada umumnya para guru (guru umum dan guru PLB) cenderung mengesampingkan anak tunanetra, tetapi guru khusus (guru PLB) cenderung bersikap lebih positif terhadap anak tunanetra.
Sumber :
Dra. Hj. T. Sutjihati Somantri, M.Si., psi. (2007). “Psikologi Anak Luar Biasa”. Karakteristik dan Masalah Perkembangan Anak Tunanetra, 65-91. Bandung: PT. Refika Aditama.

Selasa, 20 November 2012

TUNAGANDA

TUNAGANDA


Istilah lain yang digunakan untuk menyebut anak tunaganda :
 
Anak tunamajemuk
  anak cacat ganda
  anak cacat majemuk
  multiple handicaps
  multiple disabilities
  Pengertian dan Karakteristik Anak Tunaganda
 Yang disebut anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki.


Anak tunaganda biasanya menunjukkan fenomena-fenomena perlaku di antaranya :
1. Kurang komunikasi atau sama sekali tidak dapat berkomunikasi.
2. Perkembangan motorik dan fisiknya terlambat.
3. Seringkali menunjukkan perilaku yang aneh dan tidak bertujuan.
4. Kurang dalam keterampilan menolong diri sendiri.
5. Jarang berperilaku dan berinteraksi yang sifatnya konstruktif.
6. Kecenderungan lupa akan keterampilan keterampilan yang sudah dikuasai.
7. Memiliki masalah dalam mengeneralisasikan keterampilan keterampialan dari suatu situasi ke situasi lainnya.


  Klasifikasi anak Tunaganda
 Pada dasarnya ada beberapa kombinasi kelaianan, di antaranya:
1. Kelainan utamanya tunagrahita.
Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetrainilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.
2. Kelainan utamanya tunarungu.
 Gabungannya dapat tunagrahita atau tunanetra. Gabungan dengan tunanetra inilah yang dipandang paling berat cara menanganinya.

3. kelainan utamanya tunanetra.
 Gabungannya dapat berwujud tunalaras, tunarungu, dan kelainan yang
4. Kelainanan utamanya tunadaksa.
 Gabungannya dapat berwujud tunagrahita, tunanetra, tunarungu, gayaemosi, dan kelainan lain.
5. Kelainan utamanya tunalaras.
 Gabungannya dapat berwujud austisme dan pendengaran.
6. Kombinasi kelainan lain.


  Penyebab Anak Tunaganda
 Anak tunaganda disebabkan oleh faktor yang variatif, yang dapat terjadi pada saat sebelum kelainan, saat kelahiran, dan atau setelah kelahiran.

1. Faktor Prenatal :
  ketidaknormalan kromosom komplikasi-komplikasi pada anak dalam kandungan ketidakcocokan Rh infeksi pada ibu, kekurangan gizi ibu yang sedang mengadung, serta terlalu banyak menkonsumsi obat dan alcohol.
2. Faktor Natal :
 Kelahiran prematur kekurangan oksigen pada saat
 keiahiran luka pada otak saat kelahiran.

3. Faktor natal :
  Kepala mengalami kecelakaan kendaraan ,jatuh ,dan
  mendapat pukulan atau siksaan ,

4. Nutrisi yang salah :
  Anak tidan dirawat dangan baik, keracunan makanan
  atau penyakit tertentu yang sama, sehingga dapat
  berpengaruh tehadap otak (meningitis atau encephalities).

Prevalensia Anak Tunaganda
mengingat belum ada defininsi yang dapat diterima secara umum tentang anak tunaganda, maka tidak ada gambaran yang akurat tentang prevalensi anak tunaganda. jika menggunakan analog di Amerika Serikat, maka jumlah anak tunaganda berkisar sekitar 0,05% sampai dengan 0,1% dari populasi usia sebaya. Berdasarkan asumsi bahwa jumlah anak tunaganda di Indonesia proporsinya sama dengan yang di Amerika Serikat, maka jumlah anak anak usia sekolah di Indonesia yang sekitar 60 juta orang, maka anak tunaganda Indonesia sekitar 99.000 anak sampai 110.000 anak.

  LAYANAN PENDIDIKANNNYA
 Pada masa lalu,tunaganda secara rutin dipisahkan dari sekolah regular,bahkan sekolah Khusus .Namun sejak tahun 80-an layanan pendidikan bagi anak tunaganda semakin mendapat perhatian di tengah-tengah masyarakat, dengan mendirikan sekolah-sekolah khusus. Demikian juga program-program pendidikan bagi anak
tunaganda semakin dikembangkan untuk anak usia sedini mungkin.setidak-tidaknya program pendidikan lebih diorientasikan untuk meninmgkatkan kemandirian anak.untuk menjaga efekvitas program pendidikan,maka program seharusnya mengakes empat bidang utama, yaitu bidang domestik, rekreasional, ,kemasyarakatan, dan vokasional.Hasil asesmen ini mungkinkan dapat membantu dalam merumuskan tujuan yang lebih fungsional.Sementara itu dengan pengajaran seharusnya mencakup,di antaranya:ekspresi pilihan, komunikasi,pengembangan keterampilan fungsional,dan latihan keterampilan sosial sesuai dengan usianya,menyadari akan kondisi obyektif anak anak tunaganda,maka pendekatan multidipliner adalah penting.Oleh karena itu orang-orang yang sesuai dalam mengatasi anak tunaganda,seperti terapis bicara dan bahasa,terapis
bicara dan bahasa,terapi fisik dan okupasional seharusnya bekerjasama dengan guru-guru kelas,guru-guru khusus dan orangtua,karena perlajuan yg lebih cocok untuk mengatasi anak-anak tunaganda berkenaan dengan masalah ketererampilan adalah memberikan layanan yang terbaik daripada yang diberikan ditempat terapi yang terpisah.Untuk dapat menjamin kemandirian menjamin kemandirian anak tunaganda dalam proses pembelajaran perlu didukung dengan penataan kelas yang sesuai,alat bantu dalam meningkatan keterampilan fungsionalnya.
Integrasi dengan anak seusia merupakan komponen lainnya yg penting.menghadirin sekolah regular dan berpartisipasi dalam kegiatan yg sama dengan anak-anak normal adalah penting untuk pengembangkan keterampilan sosial dan persahabatan,di samping dapat mendorong adanya perubahan sikap yg lebih positif.
 

TUNADAKSA

Tuna daksa
Apakah peristilahan lain Tunadaksa ?

Tuna berarti cacat, Daksa berarti tubuh

Lstilah lain dari Tunadaksa sbb:
  Cacat Fisik
  Cacat Orthopedi
  Crippled
  Phocially handicapped
  Physically Disabled

  Apakah Tunadaksa itu ?

Pengertian tunadaksa adalah sbb:
  kelainan yang meliputi cacat tubuh atau kerusakan tubuh
  kelainan atau kerusakan pada fisik dan kesehatan.
  Kelainan atau kerusakan yang disebabkan oleh kerusakan
  Otak dan saraf tulang belakang

  Klasifikasi Anak Tunadaksa
Klasifikasi Anak Tunadaksa terdiri dari:
  kelainan pada sistem serebrai (Cerebral System
  Disorders). Penggolongan Anak tunadaksa ini ke dalam sistem selebrai yang didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak pada sistem saraf pusat. Celebral palsy digolongkan menjadi :
  Derajat kecacatan
  Topografi
  Sosiolongi kelainan Gerak.

  penggolongan Celebrai palsy menurut derajat kecatan meliputi :
  Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan
  Tampa menggunakan alat berbicara tegas dan dapat menolong dirinya sendiri
  Golongan sedang ialah mereka yang membutuhkan treatment atau latihan
Untuk bicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri.

  Golongan Berat, Golongan ini selalu membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara dan menolong diri sendiri.

  Penggologan Celebral Palsy menurut Topografi
  Monoplegia, adalah kecacatan satu anggota gerak, Al kaki kanan.

  Hemiplegia, adalah lumpuh anggota gerak atas, dan bawah, Al Tangan kanan dan khaki kanan.

  Paraplegi, Lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
  Diplegi, Lumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki kanan dan kiri.

  Quadriplegi, adalah kelumpuhan seluruhan anggota geraknya.

Penggolongan menurut Fisiologi (Motorik), meliputi :
  Spastik
  Atetoid
  Ataxia
  Tremor
  Rigid
  Tipe campuran

  Apakah Penyebab Tunadaksa
Penyebab tunadaksa dilihat saat terjadinya kerusakan otka dapat terjadi pada:
  Sebab sebab sebelum lahir antara laian : terjadi infeksi penyakit, kelainan kandungan, kandungan radiasi, saat mengandung mengalami trauma (Kecelakaan).

  Sebab sebab pada saat kelahiran, antara lain : Proses kelahiran terlalu lama, Proses kelahiran yang mengalami kesulitan Pemakaian Anestasi yang melebihi ketentuan.

  Sebab sebab setela2h proses kelahiran, antara lain : Kecelakaan, lnfeksi penyakit, dan Ataxia.

• Karakteristik Anak Tunadaksa
Anak tunadaksa akan mengalami gangguan psikologis Yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif Serta memisahkan diri dari lingkungannya. Di samping karakteristik tersebut terdapat problema Anak tunadaksa antara lain, gangguan taktil dan

  Bagaimana lmplementasi Pendidikan Anak tunadaksa?
Pelayanan Pendidikan bagi anak Tunadaksa, Guru mempunyai peranan ganda disamping sebagai pengajar, pendidik juga sebagai pelatih. Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain : latihan bicara, fisioterapi, Occupational Therapy dan Hydro Therapy.
  Anak Tunadaksa pada dasarnya sama dengan anak
normal lainnya, hanya dari aspek psikologi sosial mereka membutuhkan rasa aman dalam bermobilisasi dalam kehidupannya. 


  Bagaimana Model Layanan Pendidikan Anak Tunadaksa?
Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi:
  Sakolah kusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya.

  Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tuadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental.

Senin, 19 November 2012


ANAK TUNAGRAHITA

1.      PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA
     Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective, dll.
     Istilah-istilah tersebut menjelaskan arti yang sama yaitu menjelaskan kondisi anak yang memiliki kecerdasan jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak Tunagrahita atau dikenal juga dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental menbutuhkan layanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut.
    
2.      PERKAMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNAGRAHITA
     Suppes (1974) menjelaskan bahwa kognisi merupakan biddang yang luas yang meliputi semua keterampilan akademik yang berhubungan dengan wilayah presepsi. Mussen, Conger, dan kagan (1974) menjelaskan bahwa kognisi paling sedikit terdiri dari lima proses,  yaitu : (1) persepsi, (2) memory, (3) pemunculan ide-ide, (4) evaluasi, (5) penalaran, kaidah-kaidah.
     Para ahli psikologi perkembangan umumnya beranggapan bahwa jika anak Tunagrahita dibandingkan dengan anak normal yang mempunyai MA yang sama secara teoritis akan memiliki tahap perkembangan kognitif yang sama (Zigler 1969). Pendapat ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa individu secara aktif mengkontruksikan struktur internalnya melalai interaksi dengan lingkungan.
     Dalam kecepatan belajar anak tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk mencapai kriteria-kriteria yang dicapai oleh anak normal, anak tunagrahita lebih banyak memerlukan ulangan tentang bahan tersebut.dalam kaitannya dengan makna pelajaran ternyata anak tunagrahita dapat mencapai prestasi lebih baik dalam tugas-tugas diskriminasi (misalnya mengumpulkan bentuk-bentuk yang berbeda, memisahkan pola-pola yang berbeda, dsb) jika mereka melakukannya dengan pengertian.
     Beberapa penelitian tentang pengaruh reaksi-reaksi afektif  ternyata bahwa anak tunagrahita memberikan reaksi yang sama dengan anak normal. Anak yng berhasil mencapai sukses pada tugas berikutnya. Hal ini terjadi baik pada anak tunagrahita maupun anak noarmal. Adapun kegagalan pengaruhnya  berbeda-beda terhadap perkembangan sikap dan prestasi berikutnya.
     Keakuratan respon anak tunagrahita kurang dari pada respon anak normal. Tetapi bila tugas bersifat diskriminatif visual ternyata prestasi anak tunagrahita hampir sama dengan yang diperoleh anak normal.
     Berkenaan dengan memori anak tunagrahita berbeda dengan anak normal pada short term memory. Anak tunagrahita nampaknya tidak berbeda dengan nak normal dalam long term memory. Dengan kata lain anak tunagrahita dapat menangkap informasi ke dalam sistem memori, daya ingatnya sama dengan anak normal.
     Fleksibilitas mental yang kurang pada anak tunagrahita mengakibatkan kesulitan dalam penngorgnisasian bahan yang akan dipelajari. Oleh karena itu sukar bagi anak tunagrahita untuk menangkap informasi yang kompleks.

3.      PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK TUNAGRAHITA
     Berdasarkan bukti hasil penelitian ada keyakinan bahwa semakin rendah kemampuan intelek seorang anak akan semakin rendah pula kemampuan motoriknya, demikian pula sebaliknya.
     Latihan motorik berpengaruh pada kemajuan belajar dalam pelajaran-pelajaran lain, juga terhadap perkembangan emosi dan self direction. Bukti lain yang menguatkan dugaan tentang kuatnya hubungan antara keterampilan motorik dengan tingkat kemampuan mental anak tunagrahita dikemukakan oleh Kral (1972) dan Stein (1964) yang melaporkan rangkuman hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Amerika Serikat pada tahun 1951-1963 menyimpulkan bahwa secara umum penampilan anak tunagrahita kurang memadai hampir pada semua tes kecakapan motorik jika dibandingkan dengan anak normal yang memiliki CA yang relative sama. Perbedaan mencolok pada koordinasi gerak yang kompleks dan yang memerlukan pemahaman.
     Perkembangan motorik mencakup dua hal, yaitu : gross motor (seperti berjalan, melompat, melempar), dan fine motor (seperti menulis, menyulam, menggunting, dsb). Pada anak-anak yang pertama berkembang adalah gross motor,   sedangkan fine motor berkembang lebih akhir.


4.      PERKEMBANGAN EMOSI ANAK TUNAGRAHITA
     Perkembanagan dorongan dan emosi berkaitan dengan ketunagrahitaan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan rasa lapar atau haus dan tidak dapat menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada emosi –emosi yang sederhana.
     Pada anak terbelakang ringan kehidupan emosinya tidak jauh berbeda dengan anak normal akan tetapi tidak sekaya anak normal. Anak tunagrahita dapat memperlihatkan kesedihan tapi sukar untuk menggambarkan suasana terharu. Mereka bisa mengekspresikan kegembiraan, tetapi sulit untuk mengungkapkan kekaguman.

Kamis, 15 November 2012

ANAK HIPERAKTIF


ADHD (ATTENTION DEFICITS HIPERACTIVITY DISORDER)
Apa itu ADHD atau Attention Deficits Hiperactivity Disorder? Tidak banyak yang faham bahkan mengetahui hal ini, namun istilah ADHD dipakai untuk menyebutkan gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan hiperaktivitas yang kita temui pada anak dalam banyak bentuk dan perilaku. Atau bila dijelaskan secara sederhana, ADHD adalah suatu kondisi di mana seseorang memiliki masalah perhatian dan pemusatan terhadap kegiatan. Berawal dari masa kanak-kanak dan dapat berlanjut ke masa dewasa.
Sebagai istilah yang mungkin untuk sebagian kalangan masih awam, ADHD berawal dari hasil penelitian Prof. George F. Still, seorang dokter Inggris pada tahun 1902. Penelitian terhadap sekelompok anak yang menunjukkan suatu ketidakmampuan abnormal untuk memusatkan perhatian yang disertai dengan rasa gelisah dan resah. Anak-anak itu mengalami kekurangan yang serius ‘dalam hal kemauan’ yang berasal dari bawaan biologis. Gangguan tersebut diakibatkan oleh sesuatu ‘di dalam’ diri si anak dan bukan karena faktor-faktor lingkungan.
Sampai saat ini ADHD masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di dunia pendidikan. Ada beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat seperti: seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu bergerak; atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain.
Menurut pendapat seorang ahli, ADHD sendiri sebenarnya adalah kondisi neurologis yang menimbulkan masalah dalam pemusatan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas, dimana tidak sejalan dengan perkembangan usia anak. Jadi disini, ADHD lebih kepada kegagalan perkembangan dalam fungsi sirkuit otak yang bekerja dalam menghambat monitoring dan kontrol diri, bukan semata-mata gangguan perhatian seperti asumsi selama ini. Hilangnya regulasi diri ini mengganggu fungsi otak yang lain dalam memelihara perhatian, termasuk dalam kemampuan membedakan reward segera dengan keuntungan yang akan diperoleh di waktu yang akan datang (Barkley, 1998).
Ada 2 kategori utama perilaku yang tampak pada anak-anak ADHD yaitu : kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas.
Kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dapat muncul dalam perilaku:
a. Ketidakmampuan memperhatikan detil atau melakukan kecerobohan dalam mengerjakan tugas, bekerja, atau aktivitas lain.
b. Kesulitan memelihara perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
c. Kadang terlihat tidak perhatian ketika berbicara dengan orang lain
d. Tidak mengikuti perintah dan kegagalan menyelesaikan tugas
e. Kesulitan mengorganisasikan tugas dan aktivitas
f. Kadang menolak, tidak suka, atau enggan terlibat dalam tugas yang memerlukan proses mental yang lama, misalnya: tugas sekolah
g. Sering kehilangan barang miliknya, misal: mainan, pensil, buku, dll
h. Mudah terganggu stimulus dari luar
i. Sering lupa dengan aktivitas sehari-hari
Sedangkan hiperaktivitas-impulsivitas sering muncul dalam perilaku:
a. gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
b. sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain dimana seharusnya duduk tenang
c. berlari berlebihan atau memanjat-manjat yang tidak tepat situasi (pada remaja atau dewasa terbatas pada perasaan tidak dapat tenang/gelisah)
d. kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yang menyenangkan
e. seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
f. berbicara terlalu banyak
g. sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan. (Impulsivitas)
h. kesulitan menunggu giliran (Impulsivitas)
i. menyela atau memaksakan pendapat kepada orang lain (Impulsivitas)
Terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh agresivitas dalam bentuk:
a. sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain
b. sering memulai perkelahian
c. menggunakan senjata tajam yang dapat melukai orang lain
d. berlaku kasar secara fisik terhadap orang lain
e. menyiksa binatang
f. menyanggah jika dikonfrontasi dengan korbannya
g. memaksa orang lain melakukan aktivitas seksual
Menurut DSM-IV definisi ADHD sendiri adalah sebagai berikut:
A. (1) atau (2)
(1) memenuhi 6 atau lebih gejala kurangnya pemusatan perhatian paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan;
(2) memenuhi 6 atau lebih gejala hiperaktivitas-impulsivitas paling tidak selama 6 bulan pada tingkat menganggu dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan
B. Gejala kurangnya pemusatan perhatian atau hiperaktivitas-impulsivitas muncul sebelum usia 7 tahun.
C. Gejala-gejala tersebut muncul dalam 2 seting atau lebih (di sekolah, rumah, atau pekerjaan)
D. Harus ada bukti nyata secara klinis adanya gangguan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
E. Gejala tidak terjadi mengikuti gangguan perkembangan pervasive, skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya dan tidak dilihat bersama dengan gangguan mental lain (gangguan suasana hati, gangguan kecemasan, atau gangguan kepribadian).
Gejala-gejala yang muncul sebagai bentuk kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-impulsivitas terkadang berpengaruh terhadap pengalaman belajar anak karena anak yang menunjukkan gejala-gejala tersebut biasanya akan terlihat selalu gelisah, sulit duduk dan bermain dengan tenang, kesulitan terlibat dalam kegiatan yang mengharuskan antri, menjawab pertanyaan sebelum selesai ditanyakan, kesulitan mengikuti instruksi detail, kesulitan memelihara perhatian dalam waktu panjang ketika mengerjakan tugas, dan sering salah meletakkan barang.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa gejala-gejala pada anak ADHD muncul karena mereka tidak dapat menghambat respon-respon impulsif motorik terhadap input-input yang diterima, bukan ketidakmampuan otak dalam menyaring input sensoris seperti cahaya dan suara (Barkley, 1998).
Walaupun banyak penelitian sudah dilakukan namun sampai saat ini para ahli belum yakin apa penyebab ADHD, namun mereka curiga bahwa sebabnya berkait dengan aspek genetik atau biologis, walaupun mereka juga percaya bahwa lingkungan tumbuh anak juga menentukan perilaku spesifik yang terbentuk. Beberapa faktor yang banyak diduga memicu munculnya gejala ADHD adalah: kelahiran prematur, penggunaan alkohol dan tembakau pada ibu hamil, dan kerusakan otak selama kehamilan. Beberapa faktor lain seperti zat aditif pada makanan, gula, ragi, atau metode pengasuhan anak yang kering juga diduga mendukung munculnya gejala ADHD walaupun belum didukung fakta yang meyakinkan.
Tanpa perawatan, ADHD dapat menyebabkan permasalahan serius di rumah, sekolah, pekerjaan, dan interaksi sosial di masyarakat.
Ada beberapa tips bagi para orang tua, guru, dan pemerhati ADHD,  dalam menangani ADHD, semoga tips ini dapat membantu. Adapun tipsnya antara lain:
1. Menjaga kesehatan diri, hal ini sangat penting karena anda membutuhkan energi yang cukup untuk menangani anak ADHD.
2. Banyaklah belajar tentang ADHD, karena anda akan lebih mampu untuk membantu anak ADHD jika telah memahaminya.
3. Belajarlah ketrampilan tentang perilaku anak-anak. Mereka memerlukan bantuan bagaimana caranya berkomunikasi dengan orang lain secara normal.
4. Bantulah anak ADHD agar mampu menjaga diri mereka sendiri.
5. Bantulah anak ADHD supaya dapat bersekolah dengan baik. Hal ini karena ADHD menghambat kemampuan anak untuk bisa berhasil dalam sekolahnya. Dampingi mereka agar akademis, sosial, dan psikisnya tetap terkontrol.
6. Berikan dan bantu anak ADHD untuk melakukan tugas di rumah. Dibanding dengan anak-anak yang lain, mereka mengalami kesulitan berkomunikasi. Seringnya menghiraukan instruksi menyebabkan kekacauan dalam melakukan tugasnya sehingga menyebabkan ketidakselesaian tugas tersebut.
7. Sangat diperlukan, kepekaan, kesabaran, keikhlasan, ketekunan, dan ide kreatif agar dapat membantu anak ADHD dalam belajar, berketrampilan, dan memenuhi tugas di rumah dan sekolah.
8. Aktifkan diri anda. Banyak media yang tersedia, seperti: majalah, koran, CD interaktif, perpustakaan, internet, dan sebagainya.
Perilaku ADHD dapat di-minimaze, tentunya hal ini memerlukan dukungan yang solid dari lingkungannya. Akan sangat baik sekali apabila seorang anak mendapatkan konsumsi ASI (Air Susu Ibu) yang mencukupi. Hal ini akan membangun daya tahan tubuh/imun bagi anak, sehingga diharapkan anak yang mengalami ADHD memiliki kesehatan tubuh yang lebih baik dan mampu beraktivitas dengan lebih normal.
Bagi anda yang akan atau baru memasuki dunia ADHD, bergabunglah ke dalam organisasi pemerhati anak di wilayah anda. Salurkan semangat anda ke wadah yang tepat. Banyak manfaat yang bisa anda dapatkan. Selamat berjuang!!.

Minggu, 11 November 2012

TUNA LARAS


Anak tunalaras adalah anak-anak yang mengalami gangguan perilaku, yang ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari, baik di sekolah maupun  dalam lingkungan sosialnya. Pada hakekatnya, anak-anak tunalaras memiliki kemampuan intelektual yang normal, atau tidak berada di bawah rata-rata. Adapun klasifikasi anak berkelainan perilaku sosial-emosional antara lain :


1.    Berdasarkan perilakunya mencakup : 
Anak tunalaras
  • Beresiko tinggi: hiperaktif suka berkelahi, memukul, menyerang, merusak milik sendiri maupun orng lain, melawan, sulit konsentrasi, tidak mau bekerja sama, sok aksi, ingin menguasai orang lain, mengancam, berbohong, tidak bisa diam, tidak dapat dipercaya, suka mencuri, mengejek, dsb.
  • Beresiko rendah: autisme, kawatir, cemas, ketakutan, merasa tercekam, tidak mau bergaul, menarik diri, kurang percaya diri, bimbang, sering menangis, malu, dsb.
  • Kurang dewasa: suka berfantasi, berangan-angan, mudah dipengaruhi, kaku, pasif, suka mengantuk, mudah bosan, dsb.
  • Agresif : memiliki gang jahat, suka mencuri dengan kelompoknya, loyal tehadap teman jahatnya, sering bolos sekolah, sering pulang larut malam, dan terbiasa minggat dari rumah.
                                                      
2.  Berdasarkan kepribadiannya mencakup
  •  Kekacauan perilaku
  • Menarik diri (withdrawll)
  • Ketidakmatangan (immaturity)
  • Agresi sosial

Adapun karaktristik anak tunalaras  secara umum menunjukkan adanya gangguan perilaku, seperti suka menyerang (agresive), gangguan perhatian dan hiperaktif. Secara akademik anak tunalaras sering ditemui tidak naik kelas, hal ini dikarenakan ganggun perilakunya bukan karena kapasitas intelektualnya. Karaktristik emosi-sosial anak tunalaras suka melanggar norma baik yang berlaku di institusi seperti  sekolah maupun masyarakat sehingga anak ini sering disebut dengan anak maladjusted.
Description: http://sea.effectivemeasure.net/emnb_81_2001990.gif